Tyler, seorang bocah lelaki yang berusaha ingin menjadi perempuan. (sumber: Anderson/The Film Collaborative/radaronline.com)Tyler mengidap gender identity disorder atau gangguan identitas pada gender.
Seorang bocah transgender memiliki pengalaman yang memilukan saat dirinya berusaha untuk menghapus identitas kelelakiannya. Saat itu, Danann Tyler baru berusia empat tahun dan mencoba untuk memotong kemaluannya. Saat ini usia Tyler sudah menginjak sembilan tahun.
Di usia yang masih sangat belia, Tyler memang sempat mengutarakan kepada orangtuanya, bahwa dirinya ingin menjadi perempuan dengan mengenakan gaun dan menumbuhkan rambutnya seperti anak-anak perempuan pada umumnya. Namun tentu saja Sarah dan Bill orangtua Tyler menganggap hal tersebut hanyalah candaan seorang anak kecil.
Keduanya baru terperangah saat menyaksikan buah hati mereka itu hendak memotong penisnya dengan gunting.
"Saya menemukannya di ruang bermain sedang mencoba untuk memotong penisnya dengan guntung," ujar Sarah yang dikutip majalah Closer.
"Saat itu ia tampak tenang meski aku berusaha menyingkirkan gunting tersebut," imbuh sang bunda.
Usai kejadian tersebut, Tyler di bawa ke psikolog dan didiagnosis menderita ADHD serta gangguan bipolar yang menyebabkannya selalu mencari perhatian. Namun hal tersebut tidak terlalu menjelaskan kenapa sang anak memiliki amarah tentang jenis kelaminnya. Namun akhirnya, semuanya terungkap.
"Dia memukul jika saya memakaikan pakaian laki-laki kalau ke sekolah. Bahkan sampai sekarang saya punya bekas gigitan dan memar. Saat itu saya sangat terpukul," tutur Sarah yang berprofesi sebagai pengajar Yoga.
Sarah juga menceritakan, saat keinginan anak keduanya itu untuk menggunakan gaun saat datang ke pesta tidak dipenuhi, ia berusaha keluar dari mobil dan berteriak ingin mati.
Tyler kemudian dibawa kembali ke psikiater dan dilakukan serangkaian tes serta terapi. Setelah itu barulah diketahui, jika Tyler mengidap gender identity disorder atau gangguan identitas pada gender.
Psikiater memberikan solusi, jika Tyler harus memulai hidup sebagai seorang gadis. Orangtua Tyler kemudian berusaha untuk memulai kehidupan baru Tyler dengan menjadikannya seorang bocah perempuan. Membiarkannya untuk menumbuhkan rambut dan menggunakan pakaian perempuan, bahkan untuk sekolah.
"Kami menyadari bahwa kami tidak sendirian. Ada keluarga lain di luar sana yang mengalami hal serupa. Saya sangat sedih untuk menjadikan anak lelaki saya sebagai seorang perempuan. Tapi ini adalah sebuah kenyataan yang harus kami hadapi dan kami merasa tidak ada alternatif lain," ujar Sarah panjang lebar.
"Tyler dilahirkan dengan fisik lelaki namun memiliki otak perempuan. Namun Tyler sepertinya menanggapi dengan tenang. Bahkan ia yakin sekali jika dirinya adalah seorang perempuan," beber Sarah.
Hingga saat ini Bill dan Sarah membesarkan Tyler layaknya seorang anak perempuan. Tyler begitu senang dengan perlakuan orangtuanya dan bahkan, menurut Sarah, anaknya itu sangat bahagia saat memilih baju perempuan dan boneka yang disukanya.
Menurut dokter, Tyler dapat melakukan operasi kelamin saat usianya menginjak 15 tahun. Namun sebelumnya ia harus melakukan terapi hormon.
"Nanti di usia 10 tahun, Tyler harus melakukan terapi penghambatan hormon lelaki. Ia juga akan menjalani perawatan hormon perempuannya di usia 15 tahun. Hal itu akan membuat kulitnya jauh lebih lembut, mempercepat pertumbuhan rambut dan mendorong payudaranya untuk tumbuh," ujar Sarah.
Orangtua Tyler sudah pasrah dengan apa yang terjadi. Mereka bahkan mendukung penuh keputusan sang anak untuk berganti kelamin.
"Banyak orang berpikir mungkin apa yang terjadi kepada anak kami terlalu muda. Namun lebih baik jika diketahui dari kecil dan hal itu membuatnya senang," tuturnya.