Sebanyak 150 ribu kondom disediakan panitia Olimpiade London 2012 untuk 10.500 atlet yang berlaga. Tapi apakah semua atlet akan memanfaatkannya dalam ”olahraga” kamar tidur sebelum berlaga?
Secara historis telah banyak berpikir
bahwa aktivitas seksual mengurangi kecakapan fisik, menelan agresi dan
testosteron, dan meninggalkan tubuh yang tak prima pada hari
berikutnya. Itu sebabnya, banyak atlet yang berpantang seksual semalam
sebelum bertanding, atau bahkan menahannya selama berminggu-minggu
sebelumnya.
Selama Piala Dunia 2010, pelatih Inggris
Fabio Capello hanya mengizinkan pemainnya hanya sehari bersua dengan
psangannya selama sebulan pertandingan. Dan selama turnamen 1998, maka
pelatih Glenn Hoddle terkenal melarang skuadnya dari berhubungan seks
sama sekali.
Namun menurut para ilmuwan, tidak ada
penelitian yang dilakukan mengenai masalah ini telah menemukan bahwa
seks mengurangi kekuatan fisik atau daya tahan seorang atlet.
Ian Shrier, seorang profesor di
departemen kedokteran keluarga di Universitas McGill di Kanada,
mengatakan dalam kompetisi, psikologi sangat mungkin memainkan peran
yang jauh lebih penting. “Mereka yang mengklaim seks menurunkan kinerja
biasanya mengatakan karena aktivitas itu akan mengurangi fokus atau
agresi atau ketegangan. Namun tidak ada studi yang membuktikannya,”
katanya.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Clinical Journal of Sport Medicine
menyebut seks pada malam sebelum kompetisi tidak berpengaruh pada
hasil. Dalam sebuah penelitian, 14 mantan atlet yang menikah diberi tes
kekuatan pegangan pagi hari setelah berhubungan seks, dan
diperbandingkan dengan saat abstain dari seks selama enam hari.
Hasil penelitian menunjukkan tak
ditemukan kekuatan otot atau ketahanan otot secara negatif dipengaruhi
oleh seks pada malam sebelumnya.
Sebuah studi lanjutan di Colorado State
University pada 10 atlet pria yang menikah berusia antara 18 dan 45
tahun diteliti kekuatan pegangan, keseimbangan, pergerakan lateral,
waktu reaksi, kekuatan aerobik, dan efisiensi oksigen. Hasilnya, seks
tidak berdampak negatif pada salah satu tes ini.
Teori bahwa frustrasi seksual membuat
orang lebih agresif, dan seks dapat menguras testosteron – hormon
terkait kinerja atletik – keluar dari tubuh, belum pernah terbukti
secara ilmiah.
Sementara itu, seorang dokter Israel
bernama Alexander Olshanietzky justru menganjurkan seks pada atlet
perempuan.”Kami percaya bahwa seorang wanita akan berhasil dengan lebih
baik dalam kompetisi olahraga setelah orgasme. Semakin banyak orgasme,
semakin banyak kesempatan untuk meraih medali,” katanya.
http://www.jendelaolahraga.com/healt-fitness/bolehkah-atlet-bercinta-sebelum-bertanding/